Berbagai jenis usaha dilakukan oleh kelompok dalam membangun kesejahteraan ekonomi. Misalnya arisan, iuran, dan simpan pinjam. Kegiatan ini sudah dilakukan diberbagai tempat. Arisan dan simpan pinjam ini sebenarnya adalah basis awal untuk mendirikan unit-unit koperasi. Untuk tujuan itulah Konsorsium Rakyat Jombang Berdaulat (KRJB) dalam hal ini Pokja II mempertemukan kelompok-kelompok pada tanggal 4 Juni 2007. Mereka bertemu untuk berbagi cerita dan pengalaman dalam mengelola kegiatan sebagai cikal bakal koperasi yang berbadan hukum.
Beberapa kelompok yang tergabung dalam KRJB memang telah memiliki koperasi. Di Sengon ada Koperasi Cakra, di Grogol berdiri koperasi Mugi Guno, ada juga koperasi PKL Peterongan Cipta Mulya. Selain itu juga telah berjalan Koperasi Mandiri di Jombatan, Koperasi Simpan Pinjam Al Barokah Ngrandu, Koperasi WIKA Katemas, Paguyuban Perempuan Sumber Agung Megaluh Jombang, Koperasi Dekrit 17 Badang, dan Koperasi Bina Swadaya.
Disamping itu, kelompok-kelompok yang ada telah melakukan kegiatan perkoperasian, namun belum dinamai koperasi. Sebagian besar kelompok tersebut melakukan iuran rutin, simpan pinjam bahkan arisan. Misalnya di FATA Tanjung Anom, Keramat Balong Besuk, OGIP dan Pendowo Banjardowo. Hal ini membuktikan kelompok-kelompok tersebut telah menyepakati tujuan sama, yakni terwujudnya kesejahteraan ekonomi kelompok. Namun cara yang ditempuh mereka berbeda karena antar kelompok mempunyai kebutuhan, kepentingan beragam dan bentuk usaha yang berbeda pula.
Salah satu pengalaman membentuk koperasi yang telah dilakukan PKL Peterongan. Awalnya kegiatan mereka adalah iuran untuk kebersihan maupun dan sosial sesama anggota. Mereka juga menggalang kas umum yang tidak bisa dipinjamkan kepada anggota. Karena kas umum ini hanya untuk biaya operasional paguyuban. Dari latar belakang inilah kemudian muncul inisiatif untuk memenuhi kebutuhan anggota PKL yang membutuhkan pinjaman cepat. Hal ini perlu dilakukan karena berangkat dari pengalaman mereka, ketika membutuhkan dana cepat mereka harus ke KSP umum yang bunga sangat tinggi.
Awal inilah para anggota paguyuban PKL Peterongan kemudian sepakat untuk mendirikan sebuah koperasi yang keuntungannya akan dibagi kepada anggota kembali. ”Pendapatan PKL memang tidaklah menentu dan hanya bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan makan, selain itu untuk pendidikan sekolah dan kesehatan bagi PKL masih kesulitan untuk mencukupinya, dari sinilah para PKL pun bangkit dengan melakukan kegiatan arisan maupun iuran”, ungkap Solihuddin selaku ketua Koperasi Cipta Mulya, salah satu unit kegiatan Paguyuban PKL Peterongan.
Dari latar belakang tersebut, akhirnya mereka sepakat untuk membangun koperasi yang berasal dari anggota dan untuk anggota. Artinya modal awal yang diputar untuk anggota itu sendiri, perjalanan uang dipinjam oleh beberapa anggota dengan masa pengembalian maksimal 3 bulan dan jasa yang telah disepakati bersama. ”Ternyata dalam perjalanannya uang kadangkala tidak kembali sampai jatuh tempo, selain itu ada kendala anggota tidak meminjam sehingga uang mandek dan rencananya akhir bulan Agustus 2007 mendatang seluruh koperasi akan mengadakan evaluasi sekaligus pembagian Sisa hasil Usaha (SHU). Dan juga akan membahas ketentuan dan persyaratan Koperasi Simpan Pijam (KSP) karena ada beberapa warga mancar yang bukan anggota tapi juga ingin meminjam karena kebutuhan mendesak,” terang Sunarni selaku Bendahara.
Lain lagi dengan kelompok Sijum, yang kini berubah nama menjadi KSP Al Barokah. Mereka mempunyai perjalanan yang cukup panjang sebelum berubah menjadi koperasi, mulai dari iuran jumputan beras yang kemudian dinamakan kegiatan Seksi Jumputan Beras yang kemudian disingkat Sijum sebagai nama kelompok. Dalam perjalanannya ternyata berganti dengan iuran uang, yang kemudian diputar kepada anggota layaknya koperasi umum yang diakhir tahun juga ada pembagian SHU, ”Sijum memang hampir mirip dengan koperasi, namun karena dulu ada kendala dalam manajemen keadministrasiannya maka Sijum belum berani berubah nama menjadi koperasi. Berkat keikutsertaan Sijum menjadi anggota KRJB secara otomatis ada beberapa keuntungan yang diperolehnya, selain kenal dengan banyak kelompok Sijum juga bisa belajar tentang koperasi.
Selain itu ada kelompok Cakra yang bergerak pada usaha koperasi berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok anggota. Tepatnya di RT 18 Sengon Jombang kini tak perlu jauh-jauh pergi ke pasar. Pasalnya sejak koperasi Cakra berdiri kebutuhan mulai dari beras sampai bumbu, sayur, dan lauk dapat diperoleh langsung di anggota koperasi. Pemenuhan kebutuhan masyarakat ini akibat dari minimnya perhatian pemerintah terhadap warganya, hingga masyarakat berupaya mandiri untuk mendirikan wadah yang mampu memberikan segala kebutuhan kelompoknya.
Menurut Evi salah satu pengurus Cakra, ”kegiatan rutin koperasi masih seputar simpan pinjam, dan juga bidang jasa yakni pembayaran kolektif rekening listrik. Selain itu ada kegiatan yang kami anggap penting salah satunya diskusi segala persoalan yang ada lingkungan tempat tinggal. Misalnya bagaimana mencarikan solusi bersama-sama terkait ibu-ibu rumah tangga yang ingin turut serta membantu perekonomian keluarga dengan berwira usaha. Selain itu ada beberapa ibu yang sudah mempunyai usaha tapi tidak pernah berkembang. Semisal penjualan aneka kue dan bumbu masakan. Dari forum inilah nantinya diharapkan akan menemukan solusi,” terangnya.
Persoalan-persoalan tersebut mampu digagas atas persetujuan para anggota koperasi yang sudah memiliki jiwa solidaritas antar tetangga karena slogan kebersamaan memang tidak hanya dalam pikiran saja, namun dalam realitas kehidupan juga perlu diterapkan. Inilah keuntungan pengalaman ketika rakyat kecil berjejaring dalam koperasi, maka segala persoalan akan terasa ringan.
Lain lagi ceritanya bagi paguyuban perempuan Sumberagung dari tahun ke tahun telah melakukan aktifitas simpan pinjam.”Biasanya ibu-ibu menyetorkan uang sebanyak 3 ribu setiap bulan selama 12 kali, pada hari raya tiap tahunnya dibagi kurang lebih 60 ribu dengan berupa barang. Dan kebutuhan kue, seperti minyak, tepung, gula, telur dll,” tutur Irwan.