Menkop: Keuangan Mikro Indonesia Tersukses Dunia

Akibat kurangnya informasi, tidak banyak yang tahu Indonesia merupakan salah satu negara sukses dalam menjalankan kredit mikro. Hal tersebut diutarakan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarief Hasan di Jakarta.
 
Selain Indonesia, Bolivia merupakan negara yang sukses menerapkan keuangan mikro. “Kita sering lupa bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki institusi perbankan mikro paling sukses di dunia. Bahkan bank yang bergerak di keuangan mikro kita tahan terhadap krisis dan mencetak laba terbesar secara nasional,” ujar Menkop.
 
Menkop mencontohkan, di Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk saat ini telah menjadi laboratoriun keuangan mikro dunia dan sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbesar nasional.“BRI juga sebagai pencetak laba terbesar nasional,” kata Menkop.
 
Dipaparkan Menkop, negara lain yakni Bolivia memiliki bank yang konsen ke keuangan mikro yakni Bancosol. “Bank mikro ini juga menjadi bank paling profitable di Bolivia,” jelasnya. Sejalan dengan Menkop, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Choirul Djamhari menambahkan, perbankan dan lembaga keuangan mikro yang sukses setidaknya memenuhi dua kriteria untuk bisa bertahan bahkan berlanjut (sustainability).
 
“Pertama, ekspansi kreditnya yang besar. Kedua, sumber pendanaan yang kuat. Banyak lembaga keuangan lebih memfokuskan diri kasih kredit,” papar Choirul. Choirul mengatakan, ada empat jenis lembaga keuangan mikro. Pertama, lembaga keuangan mikro yang boleh menyalurkan kredit mikro tapi tidak boleh menghimpun dana masyarakat.
 
Kedua, lembaga keuangan mikro yang bagus dalam menyalurkan kredit tapi buruk dalam memobilisasi dana publik. Misalnya, Grameen Bank di Bangladesh. “Grameen Bank ini mengandalkan sumber pendanaan dari dana non komersil seperti hibah dari luar negeri. Ketersediaan dananya sangat berat,” ujar Choirul.
 
Ketiga, bank atau lembaga keuangan mikro yang jago menghimpun dana masyarakat tapi tidak buruk dalam menyalurkan kredit. Misalnya di India ada Regional Rural Banks dan di China terdapat China Rural Credit Cooperatives. Keempat adalah lembaga keuangan yang gagal dalam dua hal yakni menyediakan kredit mikro (bersubsidi) dan tidak punya kemampuan menghimpun dana publik yang bersifat komersil.  
 
Sementara itu, Direktur Utama Bank BRI Sofyan Basir mengatakan, Bank BRI sepanjang tahun kebanjiran orang asing yang datang belajar keuangan mikro di BRI. “Saking banyaknya, kita buat unit khusus yang menangani orang asing belajar keuangan mikro di BRI,” ujar Sofyan. Sofyan mencontohkan, dua produk BRI yang menjadi primadona yakni Simpedes dan Kupedes.
 
“Simpedes untuk simpanan atau tabungan sedangkan Kupedes untuk pinjaman usaha dan sebagainya. Keduanya eksposurnya selalu naik tajam. Saat ini nasabah kedua produk itu mencapai lebih dari 30 juta orang di seluruh Indonesia,” papar Sofyan. (Kompas, 25 Sept 2012)