Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada Februari 2012 jumlah penduduk Indonesia yang menganggur sebanyak 7,61 juta orang atau 6,32 persen dari jumlah total angkatan kerja sebanyak 120,41 juta orang. Koperasi dinilai merupakan salah satu solusi untuk mengurangi tingkat pengangguran tersebut.
Demikian dikatakan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarifuddin Hasan saat menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional bertajuk ”Pengembangan Jiwa Kewirausahaan yang Berkearifan Lokal dan Berdaya Saing untuk Menangkap Peluang Usaha pada Persaingan Global”, di Universitas Dr Soetomo, Surabaya, Rabu (24/10).
Dilihat dari latar belakang pendidikan, penganggur yang berpendidikan perguruan tinggi atau sarjana berjumlah 492.343 orang. Adapun penganggur berpendidikan diploma atau akademi sebanyak 244.687 orang.
Syarief menuturkan, salah satu cara mengurangi tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi adalah kegiatan pengembangan wirausaha berbasis koperasi. Melalui kegiatan tersebut, para mahasiswa diminta dan dibina dalam membuat koperasi serta berwirausaha.
”Khusus untuk proyek percontohan di Surabaya, kami akan memberikan bantuan sosial senilai Rp 25 juta per kelompok yang minimal beranggotakan 20 orang. Jenis usaha tergantung pada kreativitas dan rencana bisnis mahasiswa,” kata Syarief.
Kelompok mahasiswa tersebut harus mengajukan rencana bisnis, yang selanjutnya disaring untuk mendapatkan bantuan sosial tersebut. Pengembangan kewirausahaan serupa dimungkinkan dikembangkan pula di daerah lain.
Rektor Universitas Dr Soetomo, Ulul Albab, mengatakan bahwa Jawa Timur menjadi daerah favorit incaran investor, terutama penanaman modal dalam negeri (PMDN). Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal pada Senin (22/10), realisasi investasi PMDN terbesar kurun Januari-September 2012 ada di Jawa Timur, yakni senilai Rp 12 triliun atau 18,3 persen dari total realisasi investasi PMDN di Indonesia sepanjang kurun waktu tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dan kondisi investasi tersebut akan berdampak positif, terlebih jika dimainkan oleh para pelaku usaha dalam negeri dengan kearifan lokal. (Kompas, 25 Okt 2012)