Para seniman dan budayawan yang hadir dalam "Gelar Budaya Koperasi" memperingati Hari Koperasi Ke-59 sepakat untuk berkoperasi atau bekerja sama melawan penjajahan era baru pada masa kini. Lembaga koperasi diyakini mereka sebagai bentuk ideal kekuatan ekonomi rakyat Indonesia dalam melawan ketidakadilan dan ketergantungan asing yang sedang terjadi saat ini.
Gelar Budaya Koperasi yang diselenggarakan di Tugu Proklamasi, Sabtu (8/7), itu dihadiri penyair Taufik Ismail, Emha Ainun Najib atau Cak Nun dan Kiai Kanjeng, budayawan Mohamad Sobary, Ketua Dewan Koperasi Indonesia Adi Sasono, dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ginandjar Kartasasmita. Lewat puisinya, Taufik membawa semua penonton masuk ke dalam renungan memasuki penjajahan dunia baru.
Sebuah renungan yang menyampaikan sebelas bait kata tanya di mana dan bagaimana terhadap nilai-nilai kerja sama, tidak menonjolkan diri, perilaku independen, percaya pada kekuatan pribadi, serta semangat demokrasi.
"Di dalam kehidupan perorangan bila jawabnya afirmasi, betapa idealnya bila terlaksana semua sisi pribadi. Tapi, kalau secara lembaga, jawaban dari 11 kali pertanyaan itu jawabnya terdapat pada organisasi koperasi," ujar Taufik.
Pada salah satu bait puisinya Taufik menekankan nilai-nilai kebersamaan, menolong diri sendiri, hasilnya dapat dinikmati merata dalam semangat demokrasi. Kesejahteraan selalu ada secara bersama tanpa diri kita diperbudak oleh materi. Gagasan ideal inilah yang telah diletakkan Bung Hatta lebih kurang setengah abad yang lalu. Namun, dalam perjalanannya kini, nilai-nilai luhur dan posisi koperasi harus menghadapi hari-hari dominasi kapitalistik dan neokolonialisme.
Dialog antara Sobary dan Cak Nun juga mengetengahkan pentingnya kerja sama tanpa semangat menonjolkan diri dan ingin dicatat atau diingat. Kedua budayawan itu mengandaikan lombok yang harus bekerja sama dengan sayuran dan bumbu dapur lainnya untuk menghasilkan masakan yang enak.
"Lombok bisa terasa enak asal bisa berkoperasi dengan sayur- sayuran dan juga dengan bahan masakan lainnya tanpa ada keinginan untuk menonjolkan dirinya. Artinya, berkoperasi adalah kesediaan setiap orang untuk mewujudkan dirinya sebagai satu kesatuan unsur bersama orang- orang lain dengan mengorbankan sedikit kepentinganya," ujar Cak Nun dan Sobary berbarengan.
Menurut Sobary, semua elemen di alam ini, bahkan Tuhan sekalipun, juga berkoperasi dengan seluruh unsur yang Ia percayai, entah itu malaikat maupun nabi untuk menyampaikan ajaran-ajaran-Nya. Ketiga tokoh tersebut juga mengajak penonton merenungkan sosok Bung Hatta dengan sikapnya yang kini semakin sukar ditemui dalam individu masyarakat Indonesia.
Sikap tepat waktu, tunai janji, ringkas bicara, dan cara hidup lurus, hemat, serta jujur merupakan sikap hidup Bung Hatta yang dikenal masyarakat Indonesia, bahkan kembali dirindukan pada masa-masa seperti sekarang ini.