Menegkop: Ubah Cara Berpikir Koperasi

Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali mengatakan, yang paling penting dan mendesak untuk direvolusi saat ini adalah cara berpikir kita tentang koperasi. "Kita harus bergegas untuk mengubah pola pikir yang klasik dan klise, yang memandang koperasi sebagai bangun usaha yang gurem, lemah, terbelakang dan karenanya pantas menjadi objek belas kasihan," kata Suryadharma di Jakarta, Selasa (12/7), menanggapi tema hari koperasi "Revolusi Perkoperasian Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Rakyat".
 
Suryadharma menjelaskan, cara berpikir klasik tidak memberi keuntungan apapun untuk pendewasaan dan kemandirian berkoperasi. Dan cara pandang seperti itu sama sekali bertentangan dengan fakta dan realitas koperasi dewasa ini.
 
Survei dari berbagai sumber nyata-nyata menyebutkan bahwa semakin banyak koperasi yang telah mampu melakukan kegiatan usaha secara modern dan profesional dengan skala besar.Semakin banyak metode inovasi dalam berproduksi di lingkungan koperasi berkat diterapkannya teknologi mutakhir oleh sejumlah koperasi. Ada koperasi konsumen di lingkungan pekerja di Kota Bontang, Kaltim, yang mempunyai anggota 2.828 orang dan mampu mempekerjakan karyawan sebanyak 100 orang. Koperasi ini mempunyai asset Rp 26 miliar. Ada pula Koperasi Unit Desa di Pasuruan yang beranggotakan 9.282 orang dan mempunyai asset Rp 11 miliar dengan volume usaha Rp 34, 75 miliar.
 
Bahkan, pada tanggal 3 Juli 2008 di Kota Palembang ada koperasi yang mendapatkan rekor Musium Rekor Indonesia (MURI), karena mampu menerima pendaftaran anggota sebanyak 17.000 orang dalam satu hari. Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Adi Sasono mengatakan, ekonomi kreatif perlu terus didorong.
 
Dekopin juga mengangkat koperasi yang terbaik secara berturut-turut adalah Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan, Koperasi Pegawai Semen Gresik, Indosat, Astra, Susu Jawa Barat, Kodanua, dan Koperasi Mabes TNI Angkatan Udara. (Kompas, 12 Jul 2008)