Prof Yunus: Orang Termiskin Pun Harus Dilayani Bank

Praktisi perbankan Indonesia, khususnya yang bergelut di bidang pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah, mendapatkan kesempatan langka untuk bertatap muka dengan pendiri Grameen Bank, Muhammad Yunus, yang juga peraih Nobel Perdamaian 2006. Prof Yunus, demikian dia disapa, menggeluti dunia UMKM selama puluhan tahun.
 
Grameen Bank, yang kini memiliki sekitar 2.500 cabang di lebih dari 71.000 desa ini, dipandang sebagai salah satu lembaga keuangan yang berjasa mengangkat harkat hidup warga miskin.

Di hadapan Menteri Koperasi dan UKM serta praktisi lainnya, Yunus, yang mendirikan Grameen Bank dengan modal 27 dollar AS pada 1976, menekankan pentingnya mewujudkan bank yang inklusif. Sistem perbankan yang ada di dunia saat ini terkadang terlalu fokus pada profit.

"Jika kita memiliki sistem bank yang inklusif, tidak ada seorang pun yang ditolak di bank. Orang termiskin di jalan pun sesungguhnya harus dilayani di bank," kata Yunus pada acara International Microfinance Conference di Yogyakarta, Senin (22/10/2012).

Yunus juga meminta pemerintah tak mudah puas atas capaian jumlah pelaku UMKM yang berhasil diberdayakan. "Rumusannya beda, yakni masih berapa juta keluarga yang tersisa dan belum terjangkau. Tidak menarik berbicara apa yang sudah kita capai, tetapi apa yang harus kita capai," katanya.

Pada kesempatan itu, peraih gelar doktor di bidang ekonomi ini mengatakan, krisis Eropa yang terjadi saat ini tak lain manifestasi dari permasalahan sistem perbankan yang ada saat ini.

"Kalau kita luput, ini akan semakin besar. Semua orang berusaha mengatasinya secara instan dan sistemnya tetap berjalan. Pendekatan pemadam kebakaran ini tidak efektif. Kita harus melakukan perbaikan jangka panjang. Perlu ada perombakan secara mendalam karena ini manifestasi cacat fundamental," kata Yunus.

Yunus juga sempat bercerita soal pendekatan Grameen Bank yang menitikberatkan peningkatan taraf hidup orang miskin. Misi utama Grameen Bank adalah mengangkat warga Banglades dari kubangan kemiskinan.

"Uang hanya menjadi alasan untuk mendekatkan diri kepada mereka. Tujuan utama kita adalah orang-orang miskin. Itulah yang menjadi dorongan kita," katanya.

Dalam waktu 30 menit, Yunus juga bercerita panjang lebar upaya Grameen Bank mendekatkan diri dengan warga miskin, beserta beberapa program yang telah dijalankannya.

Di akhir sesi, Yunus sempat ditanya apakah Indonesia dapat mencontoh hal-hal yang dilakukan Grameen Bank?

Terkait hal ini, Yunus menjawabnya secara diplomatis. "Masing-masing memiliki ciri khas unik. Sekitar 97 persen Grameen Bank dimiliki peminjam. Ini uang mereka sendiri," kata Yunus.

Ketika ditanya bagaimana dia menyentuh hati para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, ketika menjalankan Grameen Bank, Yunus mengatakan, dirinya tak sedang mencoba meyakinkan pihak mana pun.

"Intinya, ada dua pilihan. Satu, mencari keuntungan seperti biasa. Di sisi lain, seseorang bisa memperoleh keuntungan sekaligus menjalankan bisnis sosial. Orang hebat bisa melakukan keduanya," ucapnya. (Kompas, 23 Okt 2012)